Oleh : Nina Djuwita Hastuti
Saya ingin berbagi sesuatu disini tentang
pertanyaan saya waktu kecil. Tapi pertanyaan inilah yang akhirnya bisa
membawa saya kedalam kebenaran dan mencari terus ilmu kebenaran, insya
Allah sampai kapan pun sepanjang hidup saya sekarang dan berikutnya.
Waktu saya kecil, kira-kira masih SD, saya mempunyai pertanyaan.
Pertanyaan itu adalah: “Apa Allah ini becanda dalam menciptakan manusia
dengan isinya dan surga dan nerakanya?
Kok sak enak udelNya, seperti anak-anak sedang bermain boneka Barbie.
Kalau Barbie nurut, masuk surga, tapi kalau nakal lempar ke neraka.”
Pertanyaan ini muncul dari suatu peristiwa disaat bermain dengan
teman-teman. “Tema” permainan waktu itu, tentang beribadah (bahasa
anak-anaknya: sembahyang-sembahyangan). Lalu, apa kategori “menurut dan
tidak menurut” itu? Oooh, mungkin kalau “menurut” itu dengan sembahyang
dan berdoa. Lalu kami si anak-anak kecil pada (ceritanya) berdoa. Semua
dapat bagian, ada yang Islam, Kristen, Hindu dan Budha (waktu itu
Indonesia belum “oke” sama Kong Hu Cu).
Tapi dari sini muncul
pertanyaan lanjutan lagi. Lha, dari semua agama yang ada, mana pula yang
benar menurut Allah? Kalau masing-masing punya “Tuhan”nya
sendiri-sendiri. Nanti jangan-jangan saya salah memilih agama, wah bisa
kejebur di neraka dong kalau salah? (Sampai sekarang kan versi tentang
agama ya seperti itu toh? Masing-masing agama adalah yang paling benar.
Agama yang selain dia anut adalah salah. Bahkan yang paling membuat saya
takut adalah waktu saya mengaji, dulu guru saya sempat menjelaskan
bahwa pada saat mau kiamat nantinya –ini kiamat versi baheula ya, jaman
dulu—Islam sendiri akan terbagi menjadi 72 aliran, dan hanya 1 yang
benar. Wah, makin miris perasaan sayalah saat itu. Berapa persen manusia
yang bisa Islam? Dan Islam aliran mana yang bisa masuk surga? Masa
Allah seperti itu, masa Allah tidak bijak? Dan sebagainya).
Setelah bertahun-tahun cuma berharap bahwa saya memang beribadah dijalur
yang benar (tentu dengan jurus pasrah saja seadanya), baru tahun 1995
saya menemukan jawaban yang sangat mencengangkan. Betapa tidak? Ternyata
akhirnya ada yang bisa menjawab pertanyaan saya. Dan secara memuaskan.
Dan sangat, amaaat sangat diluar dugaan. Rahasia yang benar-benar
tertutup selama ini, yaitu sebab munculnya berbagai macam agama akhirnya
saya dapatkan. Tapi mungkin kategori ilmunya (waktu itu) sangat berat.
Sehingga kalau dibaca oleh manusia yang sinyal antenanya beda, bisa jadi
dianggap mengada-ada, karena waktu itu jawaban yang saya peroleh dari
Ibu Ririn sebagai lewatan ilmu kebenaran, benar-benar jawaban dengan
kalimat yang sangat gamblang (kalimatnya to the point, tanpa tedeng
aling-aling). Dibandingkan dengan buku-buku yang sudah beredar sekarang
ini, bahasanya sudah sangat halus dan dijelaskan dengan sangat rinci dan
sangat mengikuti tatanan ilmu bahasa “manusia” (maaf saya
mengistilahkannya agak susah, tapi ibaratnya seperti itulah,
“diperhalus”). Tapi walaupun demikian, sejak pertama kali itu, saya
merasa puas dengan jawabannya. Selanjutnya, barulah mengalir ilmu
Kebenaran lainnya yang nantinya akan diterapkan di kehidupan
sehari-hari.
Walau untuk saya pribadi adalah perjuangan besar
dan berat untuk menerapkan ilmu Kebenaran didalam kehidupan sehari-hari,
saya berusaha keras untuk meniadakan kata menyerah, kalau saya mau
menyelamatkan fitrah saya dari virus dan nafsu. Tiap hari adalah
pembelajaran, penyesuaian, dan ibarat kata ‘membelek’ (membelah) hati
kita untuk bisa memahami kebenaran. Ketika semua dibenturkan pada hukum
agama yang sudah lama berlaku, itulah ujian saya. Bisa atau tidakkah
saya menembusnya. Dan kebetulan pula suami saya berasal dari lingkungan
keluarga yang kental agamanya, yang menjadi ujian terdekat saya.
Dan saya percaya bahwa ilmu Allah masih banyak diluar sana, masih ada
rahasia-rahasia lain yang belum terungkap dari seluruh ilmu Allah yang
ada. Kenapa harus berhenti mencari? Kenapa harus berhenti pada pakem
yang sudah ada, jika kita percaya bahwa Ilmu Allah itu tiada batas?
Teruslah mencari…
Sampai sekarang pun saya masih terus belajar….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar