Bismillahir Rohmanir Rohim...
Sebelum
mengenal ilmu kebenaran, aku sangat-sangat bingung dalam menjalankan
syareat. Bahkan saking bingungnya, aku sempat tidak melakukan sholat dan
puasa hingga kurang lebih 4 tahun. Teman-teman yang dulu pernah
mengenalku dari dekat, merasa kaget dengan perubahanku. Aku hanya
mengatakan, bahwa aku sedang menjalani "proses pencarian".
Dalam
proses pencarian itu, aku bertemu dengan seseorang yang sudah tua,
puluhan tahun lebih tua dariku. Nah, dari pertemuan inilah, aku
mendapatkan beberapa penerangan atas beberapa "soal kehidupan" yang aku
alami maupun yang tidak aku alami. Meski, semua keterangan itu masih
berbau "misteri", namun mulai ada titik terang.
Orang ini pun, dulunya adalah ahli sholat. Bahkan "tukang adzan" di
musholah di kampungnya. Namun karena sebuah "kekecewaan" akhirnya dia
melakukan "tirakat" hingga menemukan sebuah ilmu, namun dia tidak mau
menyebut temuannya itu sebagai sebuah ilmu. Sebab menurutnya, sebuah ilmu
itu tentu ada yang mengajari, ada bukunya dan ada yang belajar.
Sedangkan dia, menemukannya sendiri tanpa guru dan buku.
Lama
kelamaan bergaul dengan orang itu, akhirnya aku pun melupakan sholat dan
puasa, meski keyakinanku terhadap Tuhan YME (Allah SWT) tetap ada.
Hingga akhirnya orang itu meninggal dunia.
Kehidupanku menjadi
kembali goyah. Hingga akhirnya aku jatuh sakit. Sakit aneh. Sebab,
dokter pun kesulitan menemukan apa penyakitku itu. Akhirnya aku putuskan
untuk berpaling dari dokter ke "orang pintar". Dari satu orang pintar
ke orang pintar yang lain. Semua "orang pintar" yang pernah aku datangi,
semuanya sama, maaf, "penipu". Mereka hanya mementingkan uang/materi belaka. Awal
terapi penyembuhan yang dilakukan, seolah menunjukkan gejala sembuh.
Namun ternyata itu hanya ilusi belaka. Uang yang aku keluarkan sudah tak
terhitung lagi, namun hasilnya sia-sia belaka, dan penyakitku pun tak kunjung sembuh.
Seorang teman menyarankan aku untuk mengikuti pelatihan Psychotronica.
Yang di dalamnya ada materi "self healing" atau pengobatan diri
sendiri. Aku putuskan untuk mengikutinya. Dan, alhamdulillah, aku sembuh
dan bisa kembali meyakini dan menjalani kembali syareat agamaku.
Berawal
dari pelatihan inilah aku bertemu dengan seseorang, yang mengenalkanku
pada buku-buku Ayat-ayat Tersirat. Penulisnya adalah ibu Ririn Atika,
kelahiran Malang, Jawa Timur, Indonesia. Aku tertarik dan sekaligus penasaran. Sebab selama ini,
aku sangat haus akan pemahaman tentang agama Islam yang aku anut. Ada
keingin untuk mondok, namun aku merasa sudah terlalu tua. Tentu tak akan
nyaman mondok berbaur dengan santri-santri cilik. Sedangkan untuk
berbaur dengan santri dewasa, tentu dalam keilmuan, aku tertinggal
jauh. Aku putuskan untuk membeli 1 set buku-buku Ayat-ayat Tersirat, waktu itu baru ada 8 buku, langsung dari penerbitnya, ardilla books.
Awal
membaca buku-buku ayat-ayat tersirat, aku dibuat terkage-kaget. Banyak
hal yang ternyata kita pahami secara salah kaprah. Ada hal yang
benar-benar membuatku "kelimpungan" saat itu. Tentang Ifrit, tentang
re-inkarnasi, dll. Semua itu merupakan hal baru bagiku. Disebut sebagai
hal baru, sebab memang pemahamanku tentang hal-hal itu sama seperti
pemahaman orang pada umumnya. Dari kondisi "kelimpungan" itu, aku sempat
bimbang. Namun mau bertanya kepada orang sekitar, aku yakin tidak akan
menemukan jawaban yang pas. Sebab, pemahaman mereka toh sama dengan yang
selama ini aku pahami. Akhirnya, aku memutuskan untuk membaca buku-buku
itu semuanya, ibaratnya tanpa terlewat selembar pun. Dan sedikit demi
sedikit, semuanya ternyata terjawab dalam buku-buku itu juga. Ternyata
pemahaman yang selama ini aku percayai, yang kalau dirunut dengan
hal-hal lainnya tak nyambung, itu disebabkan karena cara pemahamannya
kita yang keliru. Satu contoh, semula aku hanya tahu bahwa re-inkarnasi
itu adalah ajaran agama hindu dan budha, mungkin ada agama lain yang
juga percaya re-inkarnasi tapi aku tidak tahu. Namun ternyata, di dalam
Al-Qur'an sendiri terdapat ayat yang menjelaskan tentang itu, hanya kita
membacanya secara salah. Sebab Al-Qur'an sejatinya menggunakan bahasa
rohani, namun kita membacanya secara bahasa jasmani.
Zikir dan Doa
Selama
ini, aku sangat jarang berdoa. Apalagi sejak bergaul dengan "orang tua"
yang kemudian meninggal itu. Dari dialah aku mendapatkan penjelasan,
bahwa doa itu identik dengan memerintah Tuhan. Sehingga aku merasa malu
kalau harus berdoa. Dan memang, di dalam membaca buku-buku Ayat-ayat
Tersirat, ternyata dijelaskan, bahwa sesungguhnya kita salah dalam
memaknai "Berdoalah, niscaya Aku kabulkan.". Tuhan itu Maha Tahu. Tuhan
juga Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tentunya Tuhan paling tahu, apa
yang terbaik buat setiap orang, bahkan setiap makhlukNya. Lalu mengapa
ada perintah "Berdoalah, niscaya Aku kabulkan."? Ternyata itu hanyalah
salah satu bentuk "ujian" dari Tuhan untuk kita para manusia.
Zikir dan doa di dalam ilmu kebenaran, jika dilakukan rutin setiap hari, ternyata
membawa manfaat yang luar biasa. Pengalaman yang aku alami, sewaktu
merawat anak di RS Budi Asih, selama seminggu. Di dalam ruang rawat inap
kelas 3, yang diisi oleh 7 orang pasien. Tentu ada yang yang menjaga
dan ada yang mengunjungi. Setiap hari pengunjung berganti-ganti orang.
Dan ternyata, melihat aneka macam orang yang berlalu-lalang silih
berganti itu, saya seolah "membaca sebuah buku". Seolah ada yang
membimbing saya untuk bisa memahami itu secara langsung. Namun,
pemahaman saya sebatas "paham" untuk diri sendiri, bukan untuk "dibagi"
(share). Semula saya tak menyadari itu. Saya menganggapnya hanya sebatas
"penilaian" saya pada orang yang baru ditemui dalam perjalanan. Tapi
ternyata, hari demi hari hingga 6 hari berlalu, semua itu bukanlah
sekedar penilaianku belaka, tetapi ada pembelajaran yang tersirat dalam
peristiwa itu. Subhanallah...! Inikah yang dimaksud dengan "pelajaran
tak sebatas dari buku"? Yang kemudian aku beri istilah Membaca BUKU TERBESAR.
Demikianlah sekelumit pengalamanku dengan
ilmu kebenaran. Hingga kini, saat menulis blog ini, aku masih membaca
buku-buku ayat-ayat tersirat, dan masih menunggu buku-buku berikutnya.
Semoga pengalamanku itu, mampu menginspirasi para pembaca. Amiin...!
Pemahaman perjalanan ruhani dalam rangka pencarian hakikat hidup dan kehidupan, sampai pada pencarian Sang Pencipta perlu sering didiskusikan dengan para alim ulama. Kepuasan pikiran kita dan pengalaman hidup kita belum bisa dihadikan dasar untuk menyalahkan pemahaman yang lain. Pikiran atau rasio ada batasnya. Pengalaman hidup kita hanya sepermilyar tahun dari alam ini tercipta. Artinya, data kita untuk menjadi dalil menyalahkan atau membenarkan sangat lemah, karena keterbatasan-keterbatasan itu sendiri.
BalasHapusMr. Chusnu,
HapusTerima kasih atas komentarnya. Dan terima kasih pula atas sarannya. Sudah ada dua saran serupa. Namun, seperti yang sudah aku tuliskan di posting tersebut, sangat sulit menemukan alim ulama yang bisa memberikan penjelasan yang pas dengan menggunakan pemahaman ilmu kebaikan. Oleh sebab itulah, maka Allah telah menurunkan petunjuk melalui ilmu kebenaran.
Apa dan bagaimana ilmu kebenaran? Jika berkenan, silakan merujuk ke http://ilmukebenaran.blogspot.com, pada tab Buku AAT atau tab Download.
Sekali lagi, terima kasih.
ilmu kebenaran itu wajib belajar namun Haram dakwah.. krn pengalaman rohani dan hidup setiap insan sangat beragam. baiknya membeli dan membaca sendiri buku2 tersebut
BalasHapus